Amalan Paling Utama Sebelum Menunaikan Sholat

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz pernah ditanya:

تجديد الوضوء هل هو أفضل, أو الاعتكاف في مسجد, أو قراءة القرآن, أو تصلي السنة, أيهما أولى في هذه الأمور قبل إقامة الصلاة؟

Manakah amalan yang lebih utama sebelum melaksanakan shalat fardhu? Apakah memperbarui wudhu, i’tikaf di masjid, membaca al-Quran atau melaksanakan shalat sunnah?

Beliau rahimahullah menjawab:

تجديد الوضوء مستحب إذا كان قد توضأ سابقاً إذا جدد فهو أفضل ولا يلزمه تجدد الوضوء, والسنة أن يتقدم إلى الصلاة والجلوس في المسجد ينتظر الصلاة فيه خير عظيم, وإذا سمي اعتكاف فلا بأس؛ لأن اللبث في المسجد يسمى اعتكاف إذا نوى اعتكافاً عند انتظاره الصلاة أو الجلوس في المسجد يقرأ هذه قربة إلى الله-جل وعلا- فالمؤمن يتقرب إلى الله بما شرع فإذا قصد مسجد أن يقرأ فيه ويتعبد, ويصلي ونواه اعتكافا سواء ساعة أو ساعتين, أو يوم, أو يومين كله لا بأس, ولكن عليه أن يحافظ على الصلاة في جماعة في أوقاتها, ويحذر التخلف عن ذلك، وإذا أراد تجديد الوضوء إذا توضأ للظهر وأراد أن يجدد للعصر أو المغرب هذا أفضل, وإن صلى بالوضوء السابق فلا حرج

Memperbaharui wudhu dianjurkan jika orang yang melakukannya telah berwudhu sebelumnya. Jika ia memperbarui wudhu hal itu lebih utama, namun perkara tersebut tidaklah wajib. Dianjurkan bersegera (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat dan duduk di dalamnya dalam rangka menunggu pelaksanaan sholat. Sebab padanya terdapat kebaikan yang besar. Tidak mengapa jika duduk di masjid tersebut dinamakan i’tikaf. Karena berada di dalam masjid pun bisa disebut i’tikaf jika diniatkan seperti itu sambil menunggu sholat atau duduk di dalam masjid sembari membaca al-Qur’an. Ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah Jalla wa ‘Alaa.

Seorang mukmin mendekatkan dirinya kepada Allah dengan amalan yang Allah syari’atkan. Apabila ia bermaksud mendatangi masjid untuk membaca al-Qur’an di dalamnya, beribadah, melaksanakan sholat dan ia meniatkannya sebagai i’tikaf, baik itu satu jam atau dua jam, sehari atau dua hari, seluruhnya adalah perkara baik. Akan tetapi wajib baginya menjaga shalat berjamaah pada waktu-waktunya serta berhati-hati dari meninggalkannya. Jika ia ingin memperbarui wudhunya, misalnya ia telah berwudhu untuk shalat Dzuhur, kemudian ia ingin memperbarui wudhunya untuk shalat Ashar atau shalat Maghrib, maka hal ini lebih utama. Namun jika ia sholat dengan wudhu yang sebelumnya maka tidak mengapa.

Dari fatwa ini, kita dapat mengetahui kearifan ulama, di mana mereka memberikan motivasi bagi umat untuk beramal shalih yang mustahab sebanyak dan sebaik mungkin, namun tetap mengutamakan perkara wajib. Karena menjaga hal wajib, meskipun tampak sedikit, jauh lebih utama dibandingkan memperbanyak yang sunnah, betapapun jumlahnya banyak.

Demikian hendaknya seorang muslim yang cerdas menyikapi waktu dan kesempatannya beramal. Ia memprioritaskan hal-hal yang wajib baginya, kemudian sunnah-sunnah yang utama, kemudian yang di bawahnya, sesuai dengan kondisi dan keadaannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai melainkan dengan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya” (HR. Bukhari no. 6502).

Mengenai hadits ini, Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullahu menjelaskan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dengan menunaikan perkara wajib lebih dicintai di sisi Allah dibandingkan perkara-perkara yang sifatnya sunnah. Karena padanya terkandung pelaksanaan amalan yang Allah wajibkan dan meninggalkan apa yang Allah haramkan.

Orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan disebut sebagai muqtashid. Barangsiapa melakukan hal tersebut dan mengiringinya dengan amalan-amalan sunnah maka dialah yang termasuk “as-sabiqu bil khairat” (yang berlomba-lomba dalam kebaikan).

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua termasuk golongan hamba-Nya yang senantiasa berlomba dalam melakukan kebaikan dan ketaatan.


Penyusun: Ummu Qanita
Muraja’ah: Ustadz dr. Raehanul Bahraen
Rujukan: http://www.binbaz.org.sa/mat/20435

Sumber

You may also like...