Belajar Ikhlas dari Para Salaf

‘Apabila amalan hati bersesuaian dengan amalan zahir, itulah keadilan. Apabila amalan hati lebih baik dari amalan zahir, itulah keutamaan.Dan apabila perbuatan zahir lebih bagus dari amalan hati, itulah kepuasan.’” (Shiatsu Shafwan4/141,142)Dari Abdullah bin Mubarak diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Hamdan bin Ahmad pernah ditanya, “Mengapa ucapan ulama Salaf lebih berguna dari ucapan kita?”Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan kerjaan ar-Rahman. Sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan keridhaan manusia.” (Shifatush Shafwah2/234)
Diriwayatkan bahwa tukang cerita yang tinggal dekat dengan Muhammad bin Wasit berkata, “Kenapa kulihat hati manusia itu tidak khusyu, tidak berlinang air matanya dan kulitnya tidak bisa merinding (mendengar ceritakan)?”
Muhammad bin Wasi menjawab,
“Wahai Fulan, karena kulihat orang-orang itu hanya mendapat cerita (kosong) darimu. Apabila kata-kata itu berhulu dari hati, niscaya ia akan sampai ke hati.” (Syiar A’lam an-Nubala‘ 6/122)Aun bin Marah berkata, Aku pernah mendengar Hisyam ad-Dustuwai menyatakan, “Demi Allah, aku tak berani menyatakan sama sekali bahwa suatu hari aku pernah pergi mencari hadits karena Allah semata.”
Sebagaimana dikatakan oleh al-Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun kemudian Allah menganugerahi niat sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah, namun ternyata ia (menuntut ilmu -ed) hanya bisa dilakukan karena Allah.“