Sebab – sebab Malas Beribadah

Akhi, ukhti, rahimakumullah. Kita sebagai manusia diciptakan untuk menjadi seorang hamba, yang selalu memenuhi perintah dan menjauhi larangan Rabbnya, Allah berfirman di dalam kitab-Nya
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku“. (Adh-Adhariyat : 56)
Tapi, kita seringkali lalai dari perintah Allah ta’ala, khususnya dalam hal ibadah, mungkin kita pernah semangat beribadah, tapi tertanya tidak berjalan lama, hanya sebentar lalu ibadah itu kendor lagi, dan kita malas beribadah. Ada banyak sebab hingga kita malas beribadah, antara lain :
- Turunnya iman, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita kalau iman kita ini bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan keta’atan, dan berkurang dengan kemaksiatan. Sayangnya ketika iman turun, ada orang-orang yang menunda untuk memicu dan memperbarui imannya tersebut. Khalifah Umar bin Al khattab biasa mengingatkan para sahabat yang lain “ayo, ayo, tambah iman kita”, menunjukkan betapa pentingnya untuk selalu menambah dan memperbarui iman.
- Kebodohan, wajar jika seseorang tidak tahu akan manfaat dan keuntungan suatu hal kemudian dia malas untuk mengerjakannya, maka memperbarui dan menambah ilmu juga merupakan cara agar kita semakin semangat beribadah. Pelajarilah bagaimana kenikmatan surga dan isinya, juga pelajari bagaimana pedihnya neraka Allah yang menunggu para pelaku maksiat dan jauh dari Allah jalla jalaaluh.
Cara yang lain juga yaitu dengan membaca buku-buku tentang fadhilah atau kelebihan dari suatu amalan ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Kita baca apa sih janji Allah kepada orang yang bersedekah, kepada orang yang mengerjakan sholat sunnah rowatib 12 raka’at, kepada orang yang puasa senin kamis, dan sebagainya.
- Merasa bahwa sanksi Allah kecil, terkadang kita menganggap mudah dengan mengetahui bahwasanya Allah itu Ar-rahmaan Ar-rahiim dan kita lupa bahwasanya Allah juga Asy syadiidul ‘iqoob, yang Maha pedih siksa-Nya. Sehingga banyak dari manusia yang menunda-nunda dalam beribadah dan taubat. Perlu kita ketahui bahwasanya kesempurnaan sikap kita kepada Allah yaitu imbang antara rasa takut (khouf) dan rasa berharap (roja’), seperti apa yang dilakukan para sahabat radhiallahu ‘anhum, hingga mereka sukses di dunia maupun akhirat.
‘Umar bin Al-khattab radhiallahu ‘anhu pernah berkata “kalaulah ada suara dari langit yang menyeru pada penduduk bumi “wahai penduduk bumi, kalian semua selamat dari neraka dan masuk surga kecuali satu orang” maka aku begitu takut kalau akulah yang dimaksud satu orang itu, begitupun jika diserukan dari langit “wahai penduduk bumi, kalian semua masuk neraka, kecuali satu” maka aku sangat berharap kalau akulah satu orang itu”.
‘Utsman Bin Affan radhiallahu ‘anhu berkata : “kalau saja aku berada diantara surga dan neraka, dan aku belum tahu kemana aku akan digiring, ke neraka atau ke surga, maka aku lebih memilih untuk menjadi debu sebelum aku tahu dimana tempat aku akan digiring”.
- Panjangnya angan-angan, merupakan sebab kebanyakan dari manusia, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ada dua hal yang terus muda pada diri manusia yaitu cinta dunia dan panjangnya angan-angan.” Kita sering lupa dengan hakikat dunia ini, Rasul shollallahu ‘alaihi wasallam sering mengingatkan pada kita dan memberikan permisalan tentang hakikat dunia ini, bahkan beliau memisalkan dunia ini dengan telinga bangkai dari anak kambing yang cacat, bahkan lebih rendah dari itu.
Al-fudhoil bin ‘iyadh memisalkan, “Allah menjadikan kejahatan semuanya di dalam satu rumah, yang mana kunci dari rumah itu adalah cinta dunia, dan Allah menjadikan kebaikan semuanya berada di satu rumah, dan kunci rumah itu adalah zuhud”. Karena sebab panjangnya angan-angan manusia itulah membuat kita harus belajar dan berusaha menghindari kata besok untuk melakukan amal sholeh.
- Berlebihan dalam ibadah, bukanlah suatu kebaikan ketika kita berniat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, melakukan suatu amal yang memberatkan kita. Allah lebih menyukai amal yang sedikit tapi berkelanjutan hingga mati menjemput, daripada hari ini semangat melakukan banyak ibadah tapi besok ia tidak meneruskan apa yang dilakukannya kemarin.
Shofia, istri rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengikatkan tali dari rumahnya ke tiang masjid nabawi, Shofia menggunakan tali itu untuk alat dia berpegangan dan bertumpu jika dia merasa lelah tatkala sholat malam, lalu hal ini diketahi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan beliau menyuruh untuk melepasnya dan berkata “hendaklah seseorang berdiri untuk sholat malam jika merasa kuat, dan hendaknya dia duduk jika lelah”
- Melakukan perbuatan bid’ah, tidak diragukan lagi bahwasanya ketika seseorang mulai berlebih-lebihan dalam agama, maka ada kemungkinan dia akan membuat suatu tata cara ibadah baru yang tidak pernah disyari’atkan sebelumnya, dan perbuatan bid’ah menjauhkan seseorang dari sunnah -sunnah yang ada.
- Teman yang buruk, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ”agama seseorang itu dilihat dari agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa dia berteman”. Percayalah, ucapan beliau shollallhu ‘alaihi wasallam benar adanya, sehingga jangan sampai kita merasa berani dan coba-coba untuk berteman dekat dengan orang – orang yang kesehariannya bermaksiat, dengan dalil anda ingin mendakwahi mereka. Cukuplah kita ingatkan mereka dan hindari bergaul, berteman akrab, karena cepat atau lambat anda bisa tertarik oleh mereka.
- Menyendiri, jika kita ingin lebih dekat dengan Allah, bersemangat dalam ibadah, maka hendaknya kita mencari teman-teman yang sholeh, yang mendekatkan kita dengan Allah, yang mereka selalu mengingatkan kita kebaikan. Karena, tatkala kita memilih menyendiri, jauh dari majelis ilmu, jauh dari teman-teman yang sholeh, maka ingatlah anda menjadi sasaran empuk syaiton.
Sumber: http://syafiqrizabasalamah.com
.